“Qurban dan Ego yang Belum Disembelih”

Gus Adib Khutbah 05 Jun 2025 449 kali dibaca
“Qurban dan Ego yang Belum Disembelih”

“Qurban dan Ego yang Belum Disembelih”

Oleh: Dr. Muhammad Adib Abdushomad, M.Ag., M.Ed., Ph.D.

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي جَعَلَ يَوْمَ الْأَضْحَى، عِيدًا، وَمَوْسِمًا، لِلْخَيْرَاتِ وَالطَّاعَاتِ، وَتَكْفِيْرِ الذُّنُوْبِ وَالرَّفْعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً نَرْجُو بِهَا الْفَوْزَ يَوْمَ الْمَقَامَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، خَاتَمُ النَّبِيِّينَ وَإِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، إِنِّي أُوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ أَوَّلًا بِتَقْوَى اللهِ، الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ.

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ

 

Hari ini adalah Iduladha. Hari raya terbesar kedua dalam ajaran agama Islam. Hari dimana hewan tiarap menanti takdirnya, sementara kita manusia, yang katanya makhluk paling mulia,  justru sering lebih liar dari hewan kurban. Sapi hanya punya dua tanduk, sementara kita kadang punya lima tanduk ego, ego jabatan, ego senioritas, ego identitas, ego gengsi, dan… satu lagi, ego duniawi lupa ukhrowi yang abadi.

 

Kita semua tahu, Iduladha adalah momen mengenang kisah monumental, Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail AS. Tapi apa yang terjadi? Mereka berdua justru menunjukkan keikhlasan paling tinggi yang pernah dicatat sejarah. Tak ada drama. Yang ada justru kalimat sakti, “Laksanakan perintah Allah, wahai Ayah. Engkau akan mendapatiku sebagai orang sabar.”

 

Ini bukan kisah biasa, yakni kisah bapak dan anak yang religius. Tapi ini adalah kisah seorang komandan dan anak buah yang sama-sama tunduk kepada perintah Sang Komando Tertinggi, Allah SWT.

 

Lalu pertanyaannya. Kalau Nabi Ibrahim menyembelih ego “keayahannya”, Ismail menyembelih rasa takutnya, lantas… apa yang kita sembelih hari ini? Apakah kita telah menyembelih rasa malas? Rasa pongah? Rasa sombong dan sok berkuasa?

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ.

Dalam Islam, qurban adalah lambang. Lambang kepasrahan, lambang pengorbanan, dan lambang pengendalian diri, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 37:

 

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”

 

Oleh karena itu. Kita jangan merasa sudah suci hanya karena kita dapat membeli dan menyembelih hewan qurban paling mahal. Kalau hatimu masih penuh “dendam” terhadap rekan satuan atau satu pekerjaan maka qurbanmu baru sebatas festival daging, bukan jihad jiwa yang sesungguhnya.

 

Ingat! Rasulullah SAW bersabda, "Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad besar."

 

Para sahabat bingung, “Apakah ada yang lebih besar dari jihad perang, ya Rasul?” Jawaban Nabi membuat para prajurit zaman sekarang wajib merenung, “Jihad yang lebih besar adalah melawan hawa nafsu.” (HR. Al-Baihaqi)

 

Berapa banyak orang bisa lulus pendidikan tinggi tapi gagal lulus dari ujian mengendalikan diri? Berapa banyak orang yang bisa baris-berbaris dengan rapi, tapi langkah hidupnya amburadul karena selalu mengikuti bisikan hawa nafsu?

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ.

Qurban bukan hanya menyembelih kambing. Tapi menyembelih ego. Menyembelih kesombongan. Menyembelih rasa ingin menang sendiri. Kalau ada prajurit yang bisa merebut markas musuh, tapi tak bisa merebut hatinya sendiri dari keserakahan, maka dia baru menang secara fisik tapi belum menang secara spiritual.

 

Iduladha datang untuk mengingatkan kita semua: bahwa kekuatan bukan hanya soal otot, tapi soal kontrol diri. Lao Tzu pernah bilang, “The man who conquers others is strong; But those who conquers himself is mighty or the most powerful.

 

Tapi Islam jauh lebih dulu mengatakannya dalam versi yang lebih dalam dan berbekas. Dalam hadis sahih disebut:

 

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

 

 "Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam bergulat, tetapi orang yang mampu mengendalikan dirinya saat marah." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Bangsa ini butuh masyarakat yang tahu kapan harus diam, kapan harus menahan diri, kapan harus bersuara, dan kapan harus turun tangan mengikuti arahan pimpinan, itulah citizen scholar.

 

Bayangkan, kalau semua aparat, birokrat, dan pejabat bisa berjiwa seperti Nabi Ibrahim, rela berkorban, tidak sibuk cari muka, dan berani menjalankan perintah Allah meski itu menyakitkan, maka Indonesia tidak perlu lagi takut pada krisis, perpecahan, atau penjajahan gaya baru.

 

Qurban adalah momen menyadarkan kita: bahwa hidup ini bukan tentang “siapa yang paling kenyang”, tapi “siapa yang paling rela untuk berbagi.”

 

Ingat, di Palestina sana, lebih dari 53 ribu nyawa sudah melayang hanya karena ego para penguasa yang tak tahu kapan harus menyembelih ambisi kekuasaan. Anak-anak kehilangan orang tua, ibu kehilangan suami, dan dunia kehilangan nurani.

 

Sementara kita di sini, makan daging kurban dengan penuh suasana tenang dan damai, namun lupa mendoakan mereka yang tak bisa berlebaran bahkan dengan sepotong roti. Mari kita jangan hanya menyembelih kambing, tapi juga sembelih ketidakpedulian kita terhadap penderitaan sesama.

 

“Iduladha bukan soal darah hewan, tapi soal air mata kemanusiaan.”

 

Maka,…

Jadilah pahlawan yang bukan hanya berani berperang di hutan, tapi juga berani melawan sifat buruk dalam diri sendiri. Jadilah pemimpin keluarga, lingkungan, dan bangsa, yang berani berkorban, bukan korupsi. Jadilah pribadi yang bukan hanya kuat secara fisik, tapi kuat dalam iman, taat dalam ibadah, ikhlas dalam memberi, dan tegas dalam prinsip.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd.

 

Semoga Iduladha ini menjadi titik balik.

Bagi kita semua untuk tidak hanya menjadi penjaga teritori, tapi juga penjaga nurani.

Tidak hanya jago menembak musuh, tapi juga jago menembak hawa nafsu.

Tidak hanya tangguh di medan laga, tapi juga “tangguh dalam pengabdian” kepada Allah dan sesama.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Khutbah Ke Dua


اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَعَشِيّاً وَحِينَ تُظْهِرُونَ.

 اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ ٱلْحَمْدُ للهِ الَّذِي شَرَعَ لِعِبَادِهِ ٱلْأُضْحِيَةَ تَذْكِرَةً بِفِدَاءِ خَلِيلِهِ، وَجَعَلَ أَيَّامَ ٱلنَّحْرِ مَوَاسِمَ قُرْبَاتٍ وَرَفْعَاتٍ فِي سَبِيلِهِ، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ، وَدَعَا بِدَعْوَتِهِ، وَتَأَسَّى بِسُنَّتِهِ أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. فَانْظُرُوْا أَنَّ أَعْظَمَ الْقُرْبَاتِ فِي هَذِهِ الْأَيَّامِ مَا قُدِّمَ فِيهَا مِنْ دَمٍ يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُهُ، وَمَا طَابَ فِيهَا مِنْ نَفْسٍ تُرِيدُ رِضَاهُ فَأَكْرِمُوا هَذِهِ الْمَوَاسِمَ، فَإِنَّهَا أَيَّامُ رَحْمَةٍ وَنَفَحَاتٍ وَتَجَلِّيَاتٍ مِنْ عِنْدِهِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ.

 إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Selamat Iduladha, wahai para pejuang!

Mari kita sembelih ego, panggang nafsu, dan santap keikhlasan!

 

Allahu Akbar

Khutbah Lainnya