Perlambatan Global, Harapan Baru Indonesia

Ghofar Ali Ekonomi 18 May 2025 184 kali dibaca
Perlambatan Global, Harapan Baru Indonesia

Perlambatan Global, Harapan Baru Indonesia

Oleh: Muhammad Ghofar Ali

Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan hanya mencapai 2,4% pada tahun 2025 berdasarkan laporan World Economic Outlook dari IMF, dunia dihadapkan pada dinamika yang penuh tantangan. Ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionis yang terus berlangsung, khususnya antara dua kekuatan ekonomi besar—Amerika Serikat dan Tiongkok—menjadi faktor utama yang menekan arus perdagangan bebas, menghambat aliran investasi lintas negara, serta menciptakan volatilitas di pasar keuangan global. Ketidakpastian ini turut memengaruhi sentimen investor dan menimbulkan risiko kontagion terhadap stabilitas ekonomi berbagai negara, terutama negara berkembang seperti Indonesia.


Dalam konteks ini, penting bagi Indonesia untuk tidak hanya bersikap adaptif, tetapi juga mengambil langkah strategis dalam memperkuat fondasi ekonomi domestik. Sebagai seorang yang terlibat dalam perencanaan anggaran negara, saya memandang situasi global ini bukan hanya sebagai tantangan, melainkan juga sebagai peluang untuk mempercepat transformasi struktural perekonomian nasional.


Indonesia memiliki potensi untuk menunjukkan ketahanan (resilience) ekonomi yang cukup solid, tercermin dari proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan tetap berada di kisaran 5% pada 2025. Namun demikian, sejumlah tantangan struktural masih harus dihadapi secara serius. Ketergantungan terhadap ekspor komoditas primer, seperti batu bara dan kelapa sawit, membuat perekonomian rentan terhadap fluktuasi harga global. Selain itu, masih terdapat disparitas infrastruktur antardaerah, serta ketimpangan kualitas sumber daya manusia, terutama dalam menguasai keterampilan yang dibutuhkan di era ekonomi digital dan industri berbasis teknologi.


Dalam menyikapi kondisi tersebut, pemerintah perlu memperkuat kebijakan fiskal yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan dan peningkatan nilai tambah ekonomi. Alokasi anggaran harus diarahkan secara lebih strategis untuk mendukung sektor-sektor prioritas, seperti industri manufaktur berbasis teknologi, ketahanan pangan, energi terbarukan, serta pengembangan ekonomi kreatif. Hal ini penting tidak hanya untuk mendorong diversifikasi ekonomi, tetapi juga untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia dari sisi produk yang memiliki daya saing tinggi di pasar internasional.

Salah satu sektor yang menunjukkan potensi besar adalah ekonomi digital. Dengan jumlah pengguna internet yang mencapai lebih dari 220 juta orang per 2024 (data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia/APJII), serta populasi muda yang produktif dan adaptif terhadap perkembangan teknologi, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pusat ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara. Namun untuk mencapai potensi ini, pengembangan ekosistem digital harus dilakukan secara menyeluruh—meliputi penyediaan infrastruktur teknologi informasi, peningkatan literasi digital masyarakat, serta perumusan regulasi yang mendukung inovasi, namun tetap menjaga keamanan data dan keberlanjutan pelaku usaha kecil dan menengah.


Selain itu, transformasi ekonomi juga perlu didukung oleh reformasi kebijakan pendidikan dan pelatihan vokasi. Perluasan akses pendidikan berbasis teknologi, serta program peningkatan keterampilan (upskilling dan reskilling) tenaga kerja menjadi keharusan di tengah pesatnya adopsi kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, dan ekonomi berbasis data. Tanpa kesiapan sumber daya manusia yang memadai, Indonesia berisiko mengalami job displacement yang masif, terutama pada sektor-sektor padat karya.


Dalam menghadapi tekanan eksternal dan disrupsi internal, sinergi antara kebijakan fiskal, moneter, dan struktural menjadi sangat krusial. Koordinasi antarlembaga dalam merumuskan kebijakan ekonomi harus mengedepankan prinsip kehati-hatian fiskal (fiscal prudence), efisiensi belanja negara, dan penguatan belanja produktif, terutama di bidang riset dan inovasi. Selain itu, diperlukan keberlanjutan dalam implementasi kebijakan reformasi birokrasi dan penguatan tata kelola pemerintahan yang responsif terhadap tantangan zaman.


Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang solid antar-stakeholder, Indonesia tidak hanya dapat menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global, tetapi juga mengambil posisi strategis sebagai kekuatan ekonomi baru di kawasan. Transformasi ekonomi yang berorientasi pada ketahanan, inklusivitas, dan keberlanjutan harus menjadi visi jangka panjang yang diwujudkan secara konsisten, terukur, dan berbasis data.


Momentum global saat ini harus dibaca dengan jeli: bahwa ketidakpastian bukan alasan untuk stagnasi, tetapi panggilan untuk mempercepat langkah. Transformasi ekonomi bukan pilihan, melainkan keharusan historis agar Indonesia dapat terus bertumbuh di tengah dunia yang terus berubah dengan cepat dan kompleks.

Ekonomi Lainnya

Belum ada artikel ekonomi lainnya saat ini.