Seruan Damai Majelis Agama: Menjaga Persatuan di Tengah Ujian Bangsa

Admin Berita 31 Aug 2025 513 kali dibaca
Seruan Damai Majelis Agama: Menjaga Persatuan di Tengah Ujian Bangsa

Seruan Damai Majelis Agama: Menjaga Persatuan di Tengah Ujian Bangsa

Situasi nasional dalam beberapa waktu terakhir kembali diwarnai dengan gelombang demonstrasi dan ketegangan politik. Bahkan, korban jiwa telah jatuh, luka-luka masih berbekas, dan suasana hati masyarakat masih dipenuhi rasa kecewa serta amarah. Dalam kondisi seperti ini, suara moral dari para tokoh agama menjadi sangat penting.


Para perwakilan majelis agama nasional menyampaikan sebuah himbauan dan ajakan kepada seluruh umat beragama dan anak bangsa untuk tetap memelihara kedamaian. Seruan itu tidak hanya menjadi pengingat, tetapi juga sebuah penegasan bahwa bangsa Indonesia dibangun atas dasar pengorbanan bersama dan tidak boleh dibiarkan retak hanya karena gejolak sesaat.


Merawat Kemerdekaan dengan Semangat Persatuan

Dalam seruan itu, majelis-majelis agama mengingatkan bahwa peringatan 80 tahun kemerdekaan adalah momentum refleksi. Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini bukanlah hadiah, melainkan buah dari perjuangan panjang seluruh anak bangsa. Karena itu, generasi sekarang memiliki tanggung jawab moral dan historis untuk menjaga persatuan serta mengisinya dengan semangat Pancasila dan UUD 1945.


Pesan ini terasa relevan. Banyak pihak hari ini lupa bahwa perselisihan politik semestinya tidak sampai mengorbankan persatuan bangsa. Kita perlu menahan diri agar kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata tidak ternodai oleh konflik horizontal.


Doa dan Empati bagi Korban

Majelis agama juga mengajak seluruh masyarakat untuk mendoakan para korban yang meninggal dalam peristiwa demo. Mereka adalah sesama anak bangsa, dan keluarga yang ditinggalkan berhak mendapatkan dukungan moral serta doa agar tetap tabah.

Doa bersama menjadi ruang spiritual yang melampaui sekat-sekat agama. Ia menjadi bahasa universal yang mempertautkan hati, memberi ketenangan, dan memperkuat solidaritas kemanusiaan.


Menahan Amarah, Mengedepankan Dialog

Salah satu pesan penting dari seruan ini adalah ajakan untuk mengelola kekecewaan dan amarah. Kritik terhadap kebijakan pemerintah dan DPR tetap sah sebagai bagian dari demokrasi, tetapi cara penyampaiannya harus dilakukan secara damai.

Majelis agama menegaskan bahwa jalan musyawarah dan dialog masih menjadi sarana terbaik dalam menyelesaikan persoalan bangsa. Pesan ini sejalan dengan nilai luhur bangsa yang mengedepankan musyawarah mufakat, bukan pertentangan yang hanya akan memecah belah.


Pesan untuk DPR dan Pemerintah

Seruan damai ini tidak berhenti pada rakyat semata. Kepada anggota DPR, majelis agama menegaskan bahwa mereka harus sungguh-sungguh hadir sebagai wakil rakyat, memperjuangkan keadilan, menjaga komunikasi yang santun, dan memberi teladan hidup sederhana.

Sementara itu, pemerintah pusat maupun daerah juga diingatkan untuk menjadi pelayan masyarakat, bukan penguasa yang jauh dari rakyat. Kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan rakyat harus menjadi prioritas, dan aparat keamanan (Polri serta TNI) dipesankan agar selalu berdiri bersama rakyat, menjaga keamanan, dan melindungi keutuhan NKRI.


Jangan Terprovokasi

Dalam suasana tegang, mudah sekali masyarakat terprovokasi oleh informasi yang belum tentu benar. Inilah sebabnya seruan majelis agama terasa semakin relevan. Umat beragama diharapkan tetap tenang, tidak terjebak pada hasutan, dan menyalurkan aspirasi dengan cara yang damai.

Suara para tokoh agama selalu memiliki kekuatan moral yang mampu meredam gejolak. Seruan damai majelis agama kali ini mengingatkan kita semua bahwa bangsa ini berdiri di atas fondasi persatuan. Tidak ada kepentingan politik, kekuasaan, ataupun kelompok tertentu yang boleh lebih tinggi nilainya dibanding keutuhan bangsa.


Bangsa Indonesia sudah melewati banyak ujian, dari konflik, krisis ekonomi, hingga bencana besar. Namun sejarah selalu menunjukkan, selama persatuan dijaga, Indonesia tetap mampu bangkit. Maka, ajakan majelis agama untuk menjaga persatuan, menahan amarah, mengutamakan dialog, serta mendoakan korban adalah sebuah jalan yang patut kita ikuti bersama.


Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, Muhammad Adib Abdushomad, M.Ag., M.Ed., Ph.D., menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap langkah konkret para majelis agama yang telah mengeluarkan seruan damai di tengah situasi bangsa yang penuh dinamika. Menurutnya, suara moral dari para pemimpin agama ini bukan hanya menjadi penyejuk suasana, tetapi juga menjadi penuntun arah agar masyarakat tidak terjebak dalam konflik dan polarisasi. Ia menegaskan bahwa inisiatif ini menunjukkan peran vital agama sebagai kekuatan pemersatu bangsa yang harus terus dijaga dalam semangat kerukunan umat dan cinta kemanusiaan.


Lebih lanjut, Kepala PKUB menilai bahwa himbauan bersama dari majelis agama merupakan praktik nyata dari nilai kerukunan umat yang mempererat solidaritas kebangsaan. Dengan adanya seruan ini, umat diharapkan tidak mudah terprovokasi dan tetap menyalurkan aspirasi secara damai. Ia menutup pernyataannya dengan ajakan agar seluruh lapisan masyarakat menjadikan seruan ini sebagai pegangan moral bersama, sehingga bangsa Indonesia dapat melewati ujian dengan tetap menjaga persatuan, kerukunan, dan cinta kemanusiaan.