Tokoh Lintas Agama Bahas Tantangan Kerukunan di Era Post-Truth dan AI di Pekalongan

Admin Berita 04 Jul 2025 197 kali dibaca
Tokoh Lintas Agama Bahas Tantangan Kerukunan di Era Post-Truth dan AI di Pekalongan

Tokoh Lintas Agama Bahas Tantangan Kerukunan di Era Post-Truth dan AI di Pekalongan

Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan menggelar Dialog Kebangsaan bertajuk “Tantangan Kerukunan Beragama dalam Era Post-Truth dan AI”, Jumat (4/7/2025), di Aula Kantor Kemenag Kabupaten Pekalongan. Acara ini menghadirkan perwakilan pemuda lintas agama dan organisasi keagamaan, serta para aparatur sipil negara sebagai bentuk komitmen bersama menjaga kerukunan di tengah dinamika era digital.


Forum ini diikuti oleh peserta dari Gerakan Pemuda Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), serta perwakilan umat Hindu dan Katolik. Hadir pula sejumlah ASN di lingkungan Kemenag Kabupaten Pekalongan.


Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, Dr. Drs. H. Ahmad Farid, M.S.I., secara resmi membuka kegiatan. Dalam sambutannya, ia menekankan perlunya membangun kolaborasi lintas iman untuk merespons tantangan baru yang muncul di ruang digital.

“Saat ini, tantangan kerukunan tidak hanya muncul dalam kehidupan sosial secara langsung, tetapi juga menjalar di dunia maya. Oleh karena itu, forum seperti ini penting untuk memperkuat pemahaman bersama dalam menjaga harmoni keberagaman,” ujar Ahmad Farid.


Narasumber utama dalam dialog tersebut, H. Adib Abdushomad, M.Ag., M.Ed., Ph.D., selaku Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, menyampaikan bahwa masyarakat saat ini hidup dalam situasi tsunami informasi. Menurutnya, media sosial bukan sekadar ruang berbagi, melainkan juga arena pembentukan identitas yang sangat memengaruhi cara berpikir, khususnya generasi muda.


“Media sosial telah menjadi bagian dari pembentukan kesadaran kolektif. Sayangnya, di tengah derasnya arus informasi, literasi digital dan pemahaman keagamaan yang rendah membuat sebagian kalangan mudah terpapar narasi radikal dan intoleran,” kata Adib.


Ia menekankan pentingnya penguatan literasi digital dan etika bermedia (digital civility) sebagai langkah preventif dalam menghadapi penyebaran ujaran kebencian, hoaks, dan ideologi ekstrem di ruang digital.

“Kita perlu mendorong literasi digital dan kesantunan digital agar media sosial menjadi ruang yang mendewasakan, bukan memecah belah. Bagi mereka yang telah memahami pentingnya hal ini, sudah saatnya tampil sebagai duta kerukunan—menjaga, mengingatkan, dan membimbing lingkungan sekitar agar tidak terseret arus ekstremisme,” ujarnya.


Selain paparan narasumber, dialog juga diisi dengan diskusi interaktif antara peserta dan pembicara. Berbagai isu aktual dibahas, mulai dari polarisasi di media sosial, penyebaran ujaran kebencian atas nama agama, hingga pentingnya membangun narasi damai di ruang publik.


Dialog ini menjadi wadah refleksi bersama sekaligus ajang konsolidasi moral bagi pemuda lintas iman di Pekalongan. Para peserta sepakat bahwa menjaga kerukunan bukan semata tugas negara, melainkan tanggung jawab kolektif seluruh elemen masyarakat. Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan dan disrupsi teknologi informasi, diperlukan kesadaran bersama untuk terus memperkuat nilai-nilai toleransi, empati, dan kebersamaan.


Penyelenggara berharap kegiatan serupa dapat rutin dilaksanakan, tidak hanya sebagai sarana edukasi, tetapi juga sebagai bentuk nyata dari penguatan moderasi beragama di tingkat lokal.