Wamenag: Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan adalah Prioritas Utama Asta Protas Kemenag

Admin Berita 15 Jul 2025 602 kali dibaca
Wamenag: Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan adalah Prioritas Utama Asta Protas Kemenag

Wamenag: Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan adalah Prioritas Utama Asta Protas Kemenag

Medan (Kemenag) — Wakil Menteri Agama RI, Dr. KH. Romo R. Muhammad Syafi’i, S.H., M.Hum., menegaskan bahwa penguatan lembaga keagamaan harus menjadi pilar utama dalam menjaga kerukunan di tengah krisis global yang makin kompleks. Hal ini disampaikan saat memberikan materi pada kegiatan "Internalisasi Ajaran Agama pada Lembaga Keagamaan dalam Rangka Pencegahan dan Penanganan Konflik Keagamaan" di Medan, Sumatera Utara, Selasa (16/7/2025).


“Sumatera Utara adalah provinsi dengan keragaman luar biasa. Keragaman ini adalah anugerah, tapi sekaligus amanah besar yang mengharuskan kita terus merawat harmoni bersama,” ujarnya.


Dalam menghadapi tantangan geopolitik, tekanan ekonomi, dan derasnya arus informasi digital yang kerap memicu polarisasi sosial, Wamenag menekankan pentingnya kerja bersama lintas sektor melalui visi Asta Protas—delapan program prioritas Kementerian Agama periode 2025–2029 yang diluncurkan oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar.


Secara khusus, Wamenag menggarisbawahi bahwa kegiatan ini juga menjadi ruang sosialisasi dan penguatan atas terbitnya Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 244 Tahun 2025 tentang Asta Protas, yaitu delapan program prioritas Kementerian Agama. Dalam KMA tersebut, kerukunan dan cinta kemanusiaan ditempatkan sebagai prioritas pertama dari seluruh agenda strategis Kemenag.


Kerukunan bukan sekadar slogan, tetapi harus hidup dalam perilaku umat. Rumah ibadat harus menjadi pusat kesejukan, FKUB hadir sebagai ruang dialog aktif dan mediasi, serta tokoh agama menjadi pelopor penyebar nilai kemanusiaan yang melampaui sekat agama.


“Kita tidak ingin konflik horizontal masih terjadi hanya karena kabar bohong atau ujaran kebencian. Kerukunan adalah cermin cinta pada sesama,” tegas Wamenag.


Dalam kesempatan ini, Wamenag juga meminta agar FKUB di Sumatera Utara tampil sebagai duta atau ambassador kerukunan dan kedamaian, terutama dalam menghadapi dampak krisis global. Menurutnya, tekanan geopolitik dan isu-isu internasional berpotensi merembes ke dalam negeri dan direduksi menjadi konflik berbasis agama apabila tidak diantisipasi sejak dini. FKUB harus berada di garda depan untuk menjaga nalar publik tetap sehat, dan memastikan bahwa perbedaan tidak berubah menjadi permusuhan.




Wamenag mengajak seluruh elemen keagamaan, FKUB, ormas, dan pemuda lintas iman di Sumatera Utara untuk menjadikan provinsi ini sebagai contoh nasional bahwa keragaman adalah kekuatan. Di tengah ancaman global, solidaritas dan kepedulian justru harus diperkuat.


“Mari kita rawat kerukunan sebagai hak moral dan kewajiban bersama, dengan cinta kemanusiaan, kepedulian pada lingkungan, pelayanan keagamaan yang berdampak, serta tata kelola berbasis data dan digital,” ajaknya.

Mengakhiri materinya, Wamenag menegaskan bahwa penguatan lembaga keagamaan adalah jalan bersama untuk memastikan Indonesia tetap menjadi rumah bersama yang damai, toleran, dan adil bagi semua umat.